Senin, 23 Oktober 2017

Candi Sumberawan


Candi Sumberawan terletak di Desa Toyomerto Kecamatan Singosari Kabupaten Malang, kurang lebih 6 kilometer di sebelah barat laut Singosari. Candi ini terbuat dari batu andesit dengan ukuran Panjang 6.25 meter Lebar 6.25 meter tinggi 5.23 meter dibangun di ketinggian 650 meter diatas permukaan air laut, di kaki gunung Arjuno.
Suasana pemandangan disekitar candi Sumberawan begitu mempesona karena terletak didekat sebuah danau yang bening airnya. Keadaan dan kondisi inilah kemungkinan candi ini diberi nama Sumberawan.
Pertama kali candi ini diketemukan pada tahun 1904 dan kemudian berturut-turut tahun 1928. Dan pada tahun 1935 diadakan kunjungan oleh peneliti dari Dinias Purbakala jaman Hindia Belanda dan juga pada tahun 1937 diadakan pemugaran pada kaki candi, dan sisanya di rekonstruksi secara darurat. Candi Sumberawan merupakan satu-satunya stupa yang ditemukan di Jawa Timur. Batur candi berdenah bujur sangkar, tidak memiliki tangga naik dan polos tidak berrelief. Candi ini terdiri dari kaki dan badan yang berbentuk stupa. Pada batur candi yang tinggi terdapat selasar, kaki candi memiliki penampil pada keempat sisinya. Diatas kaki candi berdiri stupa yang terdiri atas lapik bujur sangkar, dan lapik berbentuk segi delapan dengan bantalan padma. Sedang bagian atas berbentuk genta (stupa) yang puncaknya telah hilang karena ada beberapa kesulitan dalam perencanan kembali bagian teratas dari tubtuh candi, maka bagian tersebut tidak dipasang kembali.
Candi Sumberawan tidak memiliki tangga dan ruangan didalamnya yang biasanya digunakan untuk menyimpan benda suci. Jadi hanya bentuk luarnya saja yang menunjukkan bahwa bangunan tersebut adalah stupa. Apakah maksud didirikannya candi Sumberawan yang bentuknya stupa, tetapi fungsinya tidak seperti lazimnya stupa sesungguhnya? Kiranya candi ini dahulu memang didirikannya untuk pemujaan. Para ahli purbakala memperkirakan candi Sumberawan dulunya bernama Kasurangganan, sebuah nama yang terkenal didalam kitab Negara Kertagama. Tempat tersebut telah dikunjungi Raja Hayam Wuruk pada tahun 1359 Masehi, sewaktu beliau mengadakan perjalanan keliling. Dari bentuk yang tertulis pada bagian batur dan stupanya dapat diperkirakan bahwa bangunan candi Sumberawan didirikan sekitar abad 14 sampai 15 masehi yaitu pada pemerintahan Majapahit. Bentuk stupa pada candi Sumberawan ini menunjukkan latar belakang keagamaan yang bersifat Budhistis.

Sabtu, 22 Oktober 2016

Telepon dari seorang menteri dan paku yang harus kumaknai....

Siang 5 Oktober 2016 itu tiba-tiba saja terdengar dering hp yang saya taruh di saku depan, setelah kulihat ternyata pak menteri yang telepon. Kaget juga melihat nama yang tertera di layar hp. Sudah lama saya tidak ditelpon oleh beliaunya. setelah dilantik menjadi menteri saya pikir sudah tidak mungkin menelepon lagi, apalagi dengan kesibukannya menjadi pembantu presiden. Memang dulu sebelum menjadi menteri kalau ada “sesuatu” di rumah pasti menelepon saya. Dengan menata hati, (kerena yang menelepon adalah seorang menteri lho...) setelah kugeser layar hp, lalu kusampaikan salam. Masih seperti dulu dengan menjawab salam beliau menanyakan khabar kegiatan yang sedang dikerjakan. Setelah menjelaskan panjang lebar perkembangan gedung yang kukerjakan, beliaunya menyampaikan terima kasih dan menutup telepon. Selang 17 hari tepatnya 22 Oktober beliau mengunjungi kami di lokasi kegiatan. Tidak seperti dulu meski pengawalan agak ketat beliau masih seperti biasa. Namun ada pesan khusus yang beliau sampaikan kepadaku : “ Pak Ari tolong paku yang tercecer, berserakan diambili pakai magnet” Sebenarnya paku-paku bekas itu tidaklah terpakai karena sudah karat dan agak bengkok-bengkok. Memang dari pada tidak terpakai dan bisa meciderai orang yang melintas, lokasi haruslah bersih dan rapi. Mengapa kok “paku” yang ditekankan tidak yang lainnya misalkan kayu-kayu yang berserakan, pasir, koral sisa-sisa material lainnya???.. Paku merupakan komponen penting dalam sebuah bangunan, walaupun kecil paku mempunyai peranan penting. Ketika bekisting terpasang, untuk perkuatan ataupun untuk menyatukan antara bidang kayu satu dengan bidang kayu yang lainnya. Bahkan dengan paku kayu yang tadinya kurang berguna bisa bersatu dan kokoh sehingga bisa berguna. Dari paku kita bisa mengambil hikmahnya, utamanya bagi pemimpin – pemimpin bangsa ini, bagaimana paku bisa menyatukan dua bilah kayu yang berbeda, dan sudah menjadi nasibnya selalu di pukul terus menerus sampai tertancap sedalam-dalamnya, akan tetapi tidaklah marah dan ketika paku tersebut muncul disamping akan membahayakan orang, kita pasti terus kembali memukulnya sampai tidak kelihatan. Penggunaan pakupun harus melihat ukuran barang yang harus dipaku, jika hal ini diabaikan bukan tidak mungkin barang yang kita paku akan pecah karena paku yang tidak sesuai ukuran. Begitu juga dengan pemimpin, ketika kita jadi pemimpian kita diperintahkan untuk menyatukan rakyat untuk berdampingan dengan baik dan saling memahami. Kita harus menggunakan cara-cara yang tepat sebagaimana kita memilih paku yang tepat untuk barang yang akan kita satukan, sehingga kita akan memperoleh hasil yang maksimal.

Kamis, 22 Oktober 2015

Pilkakada dengan aturan baru...

Jelang Pilkada serentak yang akan dilaksanakan tanggal 9 Desember 2015, berbagai persiapan telah dilakukan. Salah satu persiapan ditingkat bawah yang dilaksanakan adalah pembentukan KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara) yang merupakan ujung tombak pelaksana di lapangan. Tidak seperti Pemilu-pemilu sebelumnya, untuk Pilkada tahun ini berbagai persyaratn harus dipenuhi jika seseorang ingin mendaftar menjadi anggota atau ketua KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara). Sebagaimana tertuang pada Peraturan KPU No.3 Tahun 2015 pasal 18 diantaranya berbunyi : Belum pernah menjabat dua kali sebagai anggota PPK, PPS dan KPPS. Memang benar tujuan KPU membuat aturan baru ini untuk menghindari petugas pemilu yang beranggapan bahwa proses pemilu merupakan rutinitas yang sama dan sulit untuk beradaptasi terhadap norma dan peraturan yang baru. Dan juga beranggapan bahwa pemilu tidak berubah dari dulu sehingga mereka tidak mau untuk belajar, akibatnya secara administrasi banyak masalah yang terjadi. Kalau mengacu aturan KPU diatas bisa jadi suatu desa yang mempunyai sumber daya manusia terbatas tidak menyelengaarakan pilkada ini, karena disuatu desa biasaya suatu kegiatan apapun yang dilaksanakan kebanyakan “orang-orang” itu saja. Hal ini adanya kurang kepedulian warga tentang desanya. Sehingga jika dibatasi dua kali sebagai anggota KPPS maka dengan sendirinya tidak bisa mendaftar lagi untuk menjadi petugas di tingkat desa. Bahkan banyak sekali orang-orang ini sudah menjadi petugas bertahun-tahun. Jika alasannya proses pemilu merupakan kegiatan rutinitas, memang benar akan tetapi setiap orang harus mau berkembang dan mau maju. Sehingga perubahana sistem apapun yang ditetapkan maka harus diikuti untuk kepentingan bersama. Untuk bisa mengikuti aturan yang ada maka perlua ada strategi yang harus dilakukan, sehingga pilkada bisa berjalan sesuai aturan. meski strategi ini mengingkari keadaan yang sebenarnya. dan strategi ini bisa dilakukan jika semua aturan sudah ditempuh namun tetap saja minim "orang-orang" yang mau peduli. salah satu strareginya adalah dengan membuat surat pernyataan-surat pernyataan yang menyatakan belum pernah menjabat 2 kali atau lebih. paling tidak ini menjadikan pilihan terakhir. selamat berpilkada....

Minggu, 29 Juni 2014

Pilpres, Piala Dunia dan Puasa






Momentum penting tahun ini terjadi hampir bersamaan,  atau bahkan terjadi di bulan yang sama. Rangakain pemilian presiden mulai dari dukungan partai-partai ke salah satu calon presiden dan calon wakil presiden, pendaftaran bakal calon presiden dan bakal  calon wakil preiden , masa-masa kampanye dan tahapan selanjutnya adalah pemungutan suara. 
Gegap gempita ajang sepak bola dunia juga mewarnai sendi-sendi nadi warga dunia saat ini, ketika tim-tim kesebelasan kesayangannya melaju ke babak selanjutnya semakin membuat puncak euforia yang tak terbendung. Untuk menantikan siapa juaraa dunia tahun ini.


Bulan yang dinanti-nantikan oleh umat muslim sedunia akhirnya tiba juga, bulan dimana ketika kita melakukan kebaikan-kebaikan akan dilipatgandagan amal kesalehannya, ini datangnya berbarengan dengan event pilpres, dan piala dunia. Kalau ditarik dari “berbarengnya” waktu ketiga kegiatan ini tentu membuat kita bisa memanfaatkan atau mengambil hikmah dari peristiwa-peristiwa yang terjadi ditengah-tengah event ini.
Banyak kejadian-kejadian ataupun perilaku kita  yang seharusnya tidak sepantasnya dilakukan ketika kita mendukung salah satu capres atau cawapres dengan menjelek-jelekkan, mengolok-olok, memfitnah atau apapun namanya yang bisa menimbulkan sakit hati ataupun tersinggung pihak lain. Dengan adanya pilpres ini sejatinya watak ataupun perilaku kita yang sebenarnya akan  kelihatan, ketika kita membuka media sosial selama ini dengan status-status yang ada, banyak terlihat  umpatan, hinaan, ataupun tuduhan yang tidak mendasar. Kita telah melupakan wejangan orang tua kita dulu untuk melakukan mikul dhuwur mwndhem jero. Bahkan seorang yang sudah diakui kecendekiawanannya bisa ikut-ikutan menghujat, memprovokasi atau men”judge” bahwa capres yang tidak didukungnya merupakan gang teroris dengan mempostingkan di media sosialnya dengan gambar yang menyeramkan, seorang budayawan yang harusnya kalau bicara arus “berbudaya” ternyata jauh dari “rasa berbudaya”, dengan melontarkan kicauan-kicauan di media sosial yang tentunya tidak semua orang sepaham dengan dirinya. Memang kita terlanjur menikmati era keterbukaan yang nyatanya malah menabrak tatanan etika yeng telah kita ikuti sejak kecil meski tidak semuanya benar.
Tidak ubahnya pada pilpres, ketika penyerang Uruguay Luis Suarez dengan tingkahnya yang menggigit bek Italia Giorgio Chiellini pada laga group D piala dunia 2014 kemarin adalah cerminan perilaku yang tidak sepantasnya dilakukan oleh seorang pemain kelas dunia. Memang meski seorang Suarez melakukan tindakannya dilakukan tidak sengaja ataupun spontan untuk membela diri tetapi hal itu menandakan ke”spontanitas”an sesorang yang kurang terpuji, dengan demikian hal ini bisa dikategorikan untuk tujuan melukai orang itu atau setidaknya mengganggu orang itu. Seharusnya kehadiran piala dunia 2014 di Brasil ini bisa membawa dampak bagi kelangsungan pesta demokrasi kita yakni pilpres, dalam sepak bola kita diwajibkan menjujung tinggi fair play, dan kalau memang lawan yang kita jagokan bermain lebik baik harus kita akui kalau memang bermain lebih cantik. Tujuan dari pelaksanaan pilpres, piala dunia dan puasa sejatinya adalah mencari kemenangan yang hakiki, pemenang yang tidak menyakiti, tidak menghalalkan segala cara, atau menang yang “rahmatan lil alamin”. Pemilihan Presiden dan wakil presiden tentunya mencari pemenang yang memang di kehendaki rakyat, piala dunia juga mencari juara yang benar-benar juara  dan puasa sejatinya juga mencari pemenang-pemenang yang benar-benar telah diuji. Bulan Ramadhan ini ibarat madharasah keimanan, kita digembleng dan dididik untuk rajin menjalankan ibadah-ibadah yang nantinya setelah kita keluar dari madharasah ini jadi pemenang-pemenang yaitu orang yang taat beribadah dan  bisa memanage hasrat diri. Banyak sekali pelajaran yang kita ambil dari puasa untuk hubungannya dengan pilpres dan piala dunia, diantaranya dalam puasa kita diwajibkan menahan untuk mengendalikan hasrat diri sehingga apapun yang kita lakukan tidak menyinggung, menghina, menjelek-jelekkan pihak lain terutama yang berseberangan dengan halaun politik kita atau berbeda kesebelasan yang kita unggulkan.
Mudah-mudahan peristiwa-peristiwa yang berbarengan ini bisa membawa dampak yang positif bagi kehidupan kita, siapapun yang menang menjadi presiden dan wakil presiden harus kita dukung karena itu adalah pilihan rakyat, tim manapun yang akan juara harus kita hormati meski tim tersebut bukan tim jago kita, dan dalam bulan Ramadhan ini  mudah-mudahan kita menjadi pemenang-pemenang yang sejati, tidak berubah lagi perilaku kita yang sudah digembleng dikawah candradimuka yaitu bulan Ramadhan meski nanti bulan ramadhan meninggalkan kita.
Tegalgondo, 30 Juni 2014
 

Jumat, 05 April 2013

Pantai Jonggring Saloka

Pantai Jonggring Saloka adalah sebuah pantai yang indah terletak di Desa Mentaraman Kecamatan Donomulyo, berjarak kurang lebih sekitar 70 Km dari pusat Kota Malang. Pantai ini merupakan salah satu pantai yang ada di Kabupaten Malang yang mempunyai ombak cukup besar. Tak heran beberapa pengunjung menggunakan pantai ini untuk bermain surfing. Apabila anda berkunjung ke Kabupaten Malang, jangan lupakan pantai Malang selatan yang satu ini.
 
Pantai Jonggring Saloka terletak di desa Mentaraman. Ada dua tempat yang menjadi daya tarik di Jonggring Saloka, yakni "Ngebros" adalah suatu tempat yang terdapat karang yang terdapat lubang besar, yang mana ketika ombak besar menghantamnya akan terjadi semburan air laut yang tinggi ke angkasa, kemudian "Pantai Pasir Hitam", dipantai ini anda akan melihat hamparan pasir disepanjang pantai yang berwarna hitam pekat dan pasirnya halus lembut. Pada awal dibukanya pantai Jonggring Saloka, terdapat upacara labuhan yang dilaksanakan pada tanggal 14 Muharam sore atau malam bulan purnama (15 Suro). Acara berupa larung sesaji ke laut.

 








Mari Memasarkan Grobogan



Suara Merdeka 05 April 2013

  • Oleh Tri Marhaeni P Astuti
 
SIAPA tidak kenal Grobogan, kabupaten terbesar di Jawa Tengah dengan berbagai image dan stereotipe? Ada ungkapan menarik, “Purwodadi kuthane, sing dadi nyatane”, yang menurut saya menjadi semacam “tagline” pemicu semangat untuk terus berkarya dan menunjukkan eksistensi sebagai orang Grobogan.
Menyebut Purwodadi, Grobogan, kita akan segera terhubung dengan kuliner yang paling menghegemoni, yakni masakan swike. Image yang selalu terbangun, swike itu kodok, seolah-olah orang Grobogan suka makan katak. Padahal swike adalah jenis masakan, yang isinya bisa ayam bisa pula kodok. Alangkah lebih baik apabila romansa masakan ini bisa mengopini bahwa swike ayam Grobogan juga merupakan identitas setenar swike kodok.
Kecap Purwodadi juga punya tempat tersendiri di hati masyarakat, selalu menjadi oleh-oleh khas. Sayang, untuk mendapatkannya, kita harus bertanya dulu dari satu orang ke orang lain. Sering saya ditanya, “Di mana to tempat membelinya?”
Luas wilayah Grobogan juga memberi berkah dengan berbagai potensi dan representasi identitas. Dari bagian barat, Gubug dan Godong terkenal dengan keripik renyah dan khas yang tidak ditemukan di tempat lain. Keripik yang masih berbentuk kedelai (seperti tempe belum jadi) yang diiris tipis sangat renyah dan gurih. Namun untuk menemukannya juga hanya orang-orang tertentu saja yang bisa, hanya dari mulut ke mulut. Lalu bagaimana caranya agar keripik Gubug ini bisa didapat dengan mudah, “di depan mata”?
Ikon kuliner lain adalah getuk bersemi. Ini sebenarnya bisa menjadi potensi identitas yang luar biasa. Getuk merupakan makanan rakyat dengan romantisme masa lalu dan “kebermaknaan untuk kesehatan” pada masa kini.
Masih banyak lagi kuliner Grobogan yang membawa romansa penghegemoni masyarakat. Misalnya sega pecel Gambringan, sega jagung, bothok yuyu, gudangan, dan ungker lombok ijo. Yang saya sebut itu hanya sebagian kecil, karena  masih banyak lagi jenis kuliner yang romantik dan terkenal.
Situs Sejarah
Selain wisata kuliner juga banyak situs bersejarah yang menjadi identitas Grobogan. Sudah pernah saya tulis dalam artikel terdahulu, terdapat tempat-tempat bersejarah dan objek wisata religi, seperti situs Ki Ageng Selo, Api Abadi Mrapen, dan Bledhug Kuwu. Juga tempat-tempat wisata religi dengan berbagai sendangnya.
Last but not least, Grobogan punya potensi wisata budaya yang sangat terkenal: tayub. Betapa indah jika kesenian yang tiap tahun difestivalkan ini betul-betul dikemas dalam satu paket wisata reguler, sehingga orang selalu menanti. Bukankah kita mengenal Festival Kesenian Jember, Solo Batik Carnival, Apem Yaqowiyu di Klaten, yang tiap tahun selalu ditunggu masyarakat?
Sentra Produk
Di wilayah industri-kebudayaan, Grobogan sudah mulai mengembangkan batik khas. Sebagai penyuka batik yang “tiada hari tanpa berbatik”, saya sangat bangga ketika daerah kelahiran saya itu mengembangkan batik khas. Hanya, di mana harus mendapatkan, akses informasinya masih sangat terbatas.
Sangatlah penting jika Grobogan mempunyai sentra produk asli yang mudah dijangkau, gampang ditemukan, dengan bersinergi mengembangkan kekuatan promosi media massa.  Eksotisme sebagai wilayah di pegunungan kapur akan terwakili dari sentra produk ini.
Tentu dibutuhkan kerja keras, kreativitas, dan tak pernah bosan berinovasi agar sentra produk asli Grobogan itu benar-benar menghegemoni masyarakat. Saya mengimpikan suatu saat image Grobogan berubah dari “jalan yang selalu rusak” menjadi Grobogan yang dikenal karena potensi-potensi, antara lain wisata kuliner dan wisata budayanya.
Sebagai catatan, kabupaten ini sudah meraih banyak penghargaan, di antaranya Parahita Ekapraya empat kali berturut-turut. Penghargaan ketahanan pangan pun sudah didapatkan.  Ujung-ujungnya, keberagaman potensi itu menjadi tak bermakna manakala orang luar kesulitan mengakses, antara lain karena keterbatasan informasi dan banyak infrastruktur jalan yang rusak. (10)

— Tri Marhaeni Pudji Astuti, guru besar Antropologi Jurusan Sosiologi & Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Unnes