Rabu, 28 Januari 2009

Tour De Blitar dan Turen

Tiga Jagoan dari bukit Anatomi (karena kantornya dibelakang lab. anatomi)
Nampang di bawah Guci Raksasa Masjid Ajaib Turen ( Pak Edi, Aku, Pak Bambang)

Bangunan Masjid Ajaib di Turen dari sisi dalam nampak ornamen ornamen yang khas.
Salah satu sudut tampak sebuah bangunan semacam Gazebo di Masjid Ajaib Turen
Kalo ini proyek Lab. Hidrolika yang posisinya disamping lab. Anatomi Fak Kedokteran UMM
Ruangan dalam Masjid Ajaib Turen
Den Baguse Nampang di depan prasasti perpustakaan yang di tandatangani ibu Mega
Di depan makam Bung Karno ( Pak Bambang Andre, Den Bagus)
Istana gebang yang mau di jual, tak luput dari rute Tour De Blitar
Ruang Tamu, di Istana Gebang yang katanya di tawarkan 50 M.
Di depan mobil antiknya Bung Karno
Bung Karno Presiden RI pertama terpampang di ruang tamu Istana Gebang

Minggu, 25 Januari 2009

Nampang di depan Guci raksasa di sebuah negeri Mandarin
Kayak di daerah pecinan ya, padahal didepan masjid.


ini adalah ketika tour de Turen di Masjid Ajaib. tampak dibelakang ada kata-kata bijak yang mungkin dapat kita jadikan pegangan. kalo mau tau kunjungi aja di masjid ajaib ini

Tour de Kali Lanang

Tuor de Kali lanang Batu
Rute : Tegalgondo - Arhanud - Sekarputih belok kiri tembus ke - pertigaan Agrokencana langsung kearah Batu sampai di pertigaan Bumiaji, Istirahat di alun-alun kota Batu Sarapan Pecel lalu turun lewat Beji, Ngandat, Mojorejo, pertigaan Pendem, Sengkaling, depan kampus UMM. finish.


kesibukan hari miggu ini

Pukul 05.38 tadi pagi aku terbangun ketika dering telpon yang aku taruh di kamar sebelah terdengar nyaring, ternyata disitu terbaca Mas TRI HP, lalu kuangkat, ternyata mas Tri berada di Malang untuk nyambangi Ima putri pertamanya yang sekarang sudah bersuami dan suaminya kerja di Kanwil pajak jalan S. Parman Malang, dan aku lupa menayakan siapa namanya.
Setelah beberapa saat telpon, ternyata Mas Tri mau mampir ke rumah. Dirumah setelah mas Tri telpon, istri sibuk sendiri untuk mempersiapkan jamuan-jamuan layaknya seorang tamu dari jauh, saking repotnya istriku belanja ke pasar Dinoyo sendirian bersama Zahwa, saya sendiri menyibukkan diri bersih-bersih rumah. Di kamarku terdengar dering telpon istriku yang tertinggal berkali-kali disitu tertera Mbak Dwik Hp. Berkali-kali deringan telpon istriku tidak diangkat. Setelah aku ngepel lantai rumah dan teras. didepan ada ketokkan tamu dan ternyata adalah mbak Dwi dan mas Azis bersama si kecil Fira, karena saking tidak dijawab telponnya sehingga marani ke rumah untuk menanyakan tempat pondokan untuk adiknya yang katanya berkelakuan agak aneh karena kadang-kadang katanya mengumpulkan daun-daunan lalu ditali kemudian ditaruh di pojok rumah, atau daun-daun tadi dibuat kayak teh lalu diminum. menurut informasi katanya stres ditinggal pacarnya dari bali yang berkasta brahmana dan orang tuannya tidak merestuinya lalu dijodohkan dengan orang lain dan kemudian menganiaya adiknya mbak Dwi tersebut.
setelah menunggu beberapa lama istriku tak kunjung datang, aku ngajak mas Syakur untuk sowan ke Gus Rozak untuk menanyakan tempat pondokan di Pasuruan, sekalian saya ajak mbak Dwik dan mas Azis biar semuanya jelas dan dapat penjelasan dari Gus Rozak.
Gus Rozak menyarankan "dilihatkan" terlebih dahulu di temannya di daerah Caru siapa tahu "jodho". karena pondok yang ada di pasuruan menurut informasi tidak menerima santri yang "stres" karena kasihan karena disana "santri-santrinya" orang-orang yang sangat parah hasil operasi di jalan-jalan yang tidak bisa membedakan mana makanan mana kotoran.
setelah bermusyawarah beberapa saat setuju untuk di bawa ke Gus Didik Caru, lalu janjian dan kami ke sana bersama Gus Rozak.
Hasil "terapi" dari Gus Didik katanya tidak ada unsur sihir atau santet. dan beliau menyarankan untuk diperiksakan juga ke dokter atau psikiater siapa tahu ada yang nggak beres dikepalanya karena penganiayaan dulu, tapi oleh Gus Didik "diobati" /"dilihat" dulu siapa tau "jodho". dan kami pulang kemudian disuruh kembali lagi hari selasa untuk membawa persyaratan yang telah di tulis Gus Didik di secarik kertas.
Pukul 11.30 aku sampai di rumah, lalu aku ke kampus nyambangi Pairi pasang keramik teras dan Kholik mlester tangga sebelah utara. setelah saya lihat hasil kerjaan Pairi dan Kholik, aku pulang karena mau ngantar istriku ke pasar besar untuk belanja (belanja apalagi ini).
Ketika perjalanan sampai di depan warung hujan Mbawang telponku berdering lalu aku lihat ternyata mas Tri lagi ngebel, dan aku ditunggu di depan pintu masuk masjid AR. Fachruddin. Aku langsung kesana meski hujan deras tak lupa aku mampir dulu ke Ngelo beli kue untuk suguhan dan tidak jadi ke pasar besar. lalu kutemui mas Tri dan saya kawal lewat kampus ( untung satpamnya baek-baek jadi portalnya dibuka) dan tiba sampai dirumahku.
Setelah ngobrol panjang kali lebar (= luas) kemudian mas Tri sekeluarga minta ijin pulang untuk meneruskan perjalanan ke selekta.
Dan ternyata saudara seayah lebih "peduli" untuk nyambangi adiknya di Malang daripada saudar-saudara kandung saya yang seayah seibu. apa karena aku dipandang kurang sejajar atau tidal level, sehingga kurang pantas untuk disambangi? tapi tak apalah kemungkinan tidak ada waktu atu punya acara keluarga sendiri. Hal inilah yang menyebabkan hari raya dulu aku dan istriku tidak mau diajak mudik bareng, meski naek mobil enak, tinggal duduk manis. itulah saudara-saudaraku.