Sabtu, 22 Oktober 2016

Telepon dari seorang menteri dan paku yang harus kumaknai....

Siang 5 Oktober 2016 itu tiba-tiba saja terdengar dering hp yang saya taruh di saku depan, setelah kulihat ternyata pak menteri yang telepon. Kaget juga melihat nama yang tertera di layar hp. Sudah lama saya tidak ditelpon oleh beliaunya. setelah dilantik menjadi menteri saya pikir sudah tidak mungkin menelepon lagi, apalagi dengan kesibukannya menjadi pembantu presiden. Memang dulu sebelum menjadi menteri kalau ada “sesuatu” di rumah pasti menelepon saya. Dengan menata hati, (kerena yang menelepon adalah seorang menteri lho...) setelah kugeser layar hp, lalu kusampaikan salam. Masih seperti dulu dengan menjawab salam beliau menanyakan khabar kegiatan yang sedang dikerjakan. Setelah menjelaskan panjang lebar perkembangan gedung yang kukerjakan, beliaunya menyampaikan terima kasih dan menutup telepon. Selang 17 hari tepatnya 22 Oktober beliau mengunjungi kami di lokasi kegiatan. Tidak seperti dulu meski pengawalan agak ketat beliau masih seperti biasa. Namun ada pesan khusus yang beliau sampaikan kepadaku : “ Pak Ari tolong paku yang tercecer, berserakan diambili pakai magnet” Sebenarnya paku-paku bekas itu tidaklah terpakai karena sudah karat dan agak bengkok-bengkok. Memang dari pada tidak terpakai dan bisa meciderai orang yang melintas, lokasi haruslah bersih dan rapi. Mengapa kok “paku” yang ditekankan tidak yang lainnya misalkan kayu-kayu yang berserakan, pasir, koral sisa-sisa material lainnya???.. Paku merupakan komponen penting dalam sebuah bangunan, walaupun kecil paku mempunyai peranan penting. Ketika bekisting terpasang, untuk perkuatan ataupun untuk menyatukan antara bidang kayu satu dengan bidang kayu yang lainnya. Bahkan dengan paku kayu yang tadinya kurang berguna bisa bersatu dan kokoh sehingga bisa berguna. Dari paku kita bisa mengambil hikmahnya, utamanya bagi pemimpin – pemimpin bangsa ini, bagaimana paku bisa menyatukan dua bilah kayu yang berbeda, dan sudah menjadi nasibnya selalu di pukul terus menerus sampai tertancap sedalam-dalamnya, akan tetapi tidaklah marah dan ketika paku tersebut muncul disamping akan membahayakan orang, kita pasti terus kembali memukulnya sampai tidak kelihatan. Penggunaan pakupun harus melihat ukuran barang yang harus dipaku, jika hal ini diabaikan bukan tidak mungkin barang yang kita paku akan pecah karena paku yang tidak sesuai ukuran. Begitu juga dengan pemimpin, ketika kita jadi pemimpian kita diperintahkan untuk menyatukan rakyat untuk berdampingan dengan baik dan saling memahami. Kita harus menggunakan cara-cara yang tepat sebagaimana kita memilih paku yang tepat untuk barang yang akan kita satukan, sehingga kita akan memperoleh hasil yang maksimal.