Minggu, 29 Juni 2014

Pilpres, Piala Dunia dan Puasa






Momentum penting tahun ini terjadi hampir bersamaan,  atau bahkan terjadi di bulan yang sama. Rangakain pemilian presiden mulai dari dukungan partai-partai ke salah satu calon presiden dan calon wakil presiden, pendaftaran bakal calon presiden dan bakal  calon wakil preiden , masa-masa kampanye dan tahapan selanjutnya adalah pemungutan suara. 
Gegap gempita ajang sepak bola dunia juga mewarnai sendi-sendi nadi warga dunia saat ini, ketika tim-tim kesebelasan kesayangannya melaju ke babak selanjutnya semakin membuat puncak euforia yang tak terbendung. Untuk menantikan siapa juaraa dunia tahun ini.


Bulan yang dinanti-nantikan oleh umat muslim sedunia akhirnya tiba juga, bulan dimana ketika kita melakukan kebaikan-kebaikan akan dilipatgandagan amal kesalehannya, ini datangnya berbarengan dengan event pilpres, dan piala dunia. Kalau ditarik dari “berbarengnya” waktu ketiga kegiatan ini tentu membuat kita bisa memanfaatkan atau mengambil hikmah dari peristiwa-peristiwa yang terjadi ditengah-tengah event ini.
Banyak kejadian-kejadian ataupun perilaku kita  yang seharusnya tidak sepantasnya dilakukan ketika kita mendukung salah satu capres atau cawapres dengan menjelek-jelekkan, mengolok-olok, memfitnah atau apapun namanya yang bisa menimbulkan sakit hati ataupun tersinggung pihak lain. Dengan adanya pilpres ini sejatinya watak ataupun perilaku kita yang sebenarnya akan  kelihatan, ketika kita membuka media sosial selama ini dengan status-status yang ada, banyak terlihat  umpatan, hinaan, ataupun tuduhan yang tidak mendasar. Kita telah melupakan wejangan orang tua kita dulu untuk melakukan mikul dhuwur mwndhem jero. Bahkan seorang yang sudah diakui kecendekiawanannya bisa ikut-ikutan menghujat, memprovokasi atau men”judge” bahwa capres yang tidak didukungnya merupakan gang teroris dengan mempostingkan di media sosialnya dengan gambar yang menyeramkan, seorang budayawan yang harusnya kalau bicara arus “berbudaya” ternyata jauh dari “rasa berbudaya”, dengan melontarkan kicauan-kicauan di media sosial yang tentunya tidak semua orang sepaham dengan dirinya. Memang kita terlanjur menikmati era keterbukaan yang nyatanya malah menabrak tatanan etika yeng telah kita ikuti sejak kecil meski tidak semuanya benar.
Tidak ubahnya pada pilpres, ketika penyerang Uruguay Luis Suarez dengan tingkahnya yang menggigit bek Italia Giorgio Chiellini pada laga group D piala dunia 2014 kemarin adalah cerminan perilaku yang tidak sepantasnya dilakukan oleh seorang pemain kelas dunia. Memang meski seorang Suarez melakukan tindakannya dilakukan tidak sengaja ataupun spontan untuk membela diri tetapi hal itu menandakan ke”spontanitas”an sesorang yang kurang terpuji, dengan demikian hal ini bisa dikategorikan untuk tujuan melukai orang itu atau setidaknya mengganggu orang itu. Seharusnya kehadiran piala dunia 2014 di Brasil ini bisa membawa dampak bagi kelangsungan pesta demokrasi kita yakni pilpres, dalam sepak bola kita diwajibkan menjujung tinggi fair play, dan kalau memang lawan yang kita jagokan bermain lebik baik harus kita akui kalau memang bermain lebih cantik. Tujuan dari pelaksanaan pilpres, piala dunia dan puasa sejatinya adalah mencari kemenangan yang hakiki, pemenang yang tidak menyakiti, tidak menghalalkan segala cara, atau menang yang “rahmatan lil alamin”. Pemilihan Presiden dan wakil presiden tentunya mencari pemenang yang memang di kehendaki rakyat, piala dunia juga mencari juara yang benar-benar juara  dan puasa sejatinya juga mencari pemenang-pemenang yang benar-benar telah diuji. Bulan Ramadhan ini ibarat madharasah keimanan, kita digembleng dan dididik untuk rajin menjalankan ibadah-ibadah yang nantinya setelah kita keluar dari madharasah ini jadi pemenang-pemenang yaitu orang yang taat beribadah dan  bisa memanage hasrat diri. Banyak sekali pelajaran yang kita ambil dari puasa untuk hubungannya dengan pilpres dan piala dunia, diantaranya dalam puasa kita diwajibkan menahan untuk mengendalikan hasrat diri sehingga apapun yang kita lakukan tidak menyinggung, menghina, menjelek-jelekkan pihak lain terutama yang berseberangan dengan halaun politik kita atau berbeda kesebelasan yang kita unggulkan.
Mudah-mudahan peristiwa-peristiwa yang berbarengan ini bisa membawa dampak yang positif bagi kehidupan kita, siapapun yang menang menjadi presiden dan wakil presiden harus kita dukung karena itu adalah pilihan rakyat, tim manapun yang akan juara harus kita hormati meski tim tersebut bukan tim jago kita, dan dalam bulan Ramadhan ini  mudah-mudahan kita menjadi pemenang-pemenang yang sejati, tidak berubah lagi perilaku kita yang sudah digembleng dikawah candradimuka yaitu bulan Ramadhan meski nanti bulan ramadhan meninggalkan kita.
Tegalgondo, 30 Juni 2014